02 Mei 2008

"Makanan Fungsional"

"Makanan Fungsional"

Membanjirnya produk pangan eksklusif berlabel kesehatan, mulai dari rumput laut, sari pati ayam, sari hati ikan hiu, sampai "susu pinter" telah merangsang masyarakat untuk mengkonsumsinya. Demikian pula halnya dengan "minuman berkhasiat" yang konon dapat menyegarkan dan memberi pasokan tenaga ekstra dalam waktu singkat. Salah satu pemicu merebaknya pemasaran produk pangan yang umumnya produksi luar negeri tersebut adalah kegiatan penjualan langsung dari rumah ke rumah oleh para distributor dari berbagai perusahaan Multi Level Marketing. Sebagai perkembangan lebih lanjut, kini muncul produk pangan yang secara nutrisi telah dimodifikasi, dan secara terbuka (dalam labelnya) diklaim memiliki khasiat kesehatan tertentu. Produk pangan jenis ini dikenal sebagai makanan fungsional (functional food), atau di Jepang disebut FOSHU (Food for Specified Health Use), yang antara lain mencakup minuman yang mengandung mineral (kalsium), vitamin dan serat terlarut (soluble fibre), termasuk biskuit rendah kalori yang diperkaya dengan serat (dietary fibre).

Produk baru, yang sering disebut-sebut sebagai kandidat makanan masa depan ini, ternyata sangat berhasil di pasaran Asia, khususnya di Jepang. Keberhasilan ini juga disusul hasil serupa di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Keberhasilan pemasaran makanan fungsional memacu munculnya berbagai produk inovasi baru. Misalnya, baru-baru ini, di Jepang telah diakui dua jenis makanan fungsional baru, yaitu beras hypoallergenic dan susu rendah fosfat. Yang disebutkan pertama diklaim mampu mencegah sejenis penyakit kulit (atopic dermatitis); sedang susu rendah fosfat cocok bagi penderita penyakit ginjal kronis.

Di Jepang lisensi makanan fungsional hanya diberikan pada produk-produk makanan yang memang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Lisensi akan diberikan setelah terlebih dahulu dilakukan pengujian yang menyeluruh terhadap produk yang bersangkutan, khususnya mengenai jenis dan komposisi bahan-bahan dipakai. Makanan fungsional harus memenuhi kriteria yang berkaitan dengan dasar (ilmiah) klaim kesehatan, takaran dan keamanan konsumsi, serta bentuk penyajian yang tentu saja, harus berbeda dengan produk obat-obatan.

Dalam regulasi FDA (Food and Drug Administration) Amerika Serikat, yang diintroduksikan dua tahun yang lalu, telah dijinkan beberapa jenis klaim kesehatan untuk produk pangan. Pangan yang disetujui pelabelannya harus mengandung nutrien yang bila dikonsumsi dalam jumlah tertentu memiliki pengaruh positif terhadap risiko penyakit (misalnya: kalsium), atau nutrien yang dikhawatirkan (misalnya: lemak) di bawah kadar tertentu.

Klaim khasiat yang diijinkan oleh FDA mencakup 7 hubungan, antara lain: antara kalsium (Ca) dengan pengurangan risiko osteoporosis (keropos tulang), atau antara natrium (Na) ádengan tekanan darah tinggi, tetapi tidak untuk hubungan antara serat dengan kanker, juga tidak untuk seng (Zn) dengan fungsi kekebalan. (BW)


Jakarta, Maret 2000Sumber: Seri Iptek Pangan Volume 1: Teknologi, Produk, Nutrisi & Kemanan Pangan, Jurusan Teknologi Pangan - Unika Soegijapranata, Semarang

Editor: Budi Widianarko, A. Rika Pratiwi, Ch. Retnaningsih

Tidak ada komentar: